[FF] Here For You – Part 10 (END)   8 comments


assalamualaikum!!

anyeooooooooongggg!!!

akhirnyaaaaaaaa!!! ni FF sampai juga ma ujungnya…ckck,, maaf kelamaan yah readerdeul,,,hahah maklum…

yodah, langsung aja nih ye di baca.

.

HERE FOR YOU

Author: d_na

Genre: Romance

Length: 10 of 10

Cast:

You as Jung Hyorin

Jung Jinyoung as your brother

Bae Suzy as your best friend

Lee Gikwang as your sunbae

Cha Sun Woo aka Baro as your best-friend’s fiancee

Summary: Hyorin seorang gadis pintar dan cantik bertemu dengan Suzy, seorang anak orang kaya beserta bodyguardnya. tanpa mereka sadari pertemuan pertama mereka menjadi sebuah awal yang dapat menjerumuskan mereka ke dalam permainan nasib. Hyorin dkk berhasil keluar dari hutan dengan selamat, namun kondisi Gikwang semakin parah sehingga ia harus di rawat di rumah sakit. kegalauan melanda hati Hyorin hingga ia pun kecelakaan…dan…buta!!! bagaimana akhir kisah cinta mereka??? saksikan ceritanya **dibaca maksud author**

================================

[Now playing: SHINee – Love Should Go On]

[… POV *tebak siapa?*]

“Aku suka kamu….!!” DEG!! Seketika itu juga rasa sakit yang teramat sangat seolah menusuk dadaku. Aku memang sudah menduga hal ini pasti akan terjadi suatu hari nanti. Namun entah apa yang terjadi pada otakku, aku hanya mendiamkannya seolah membiarkan hal itu terjadi. Kutatap perlahan mata kecil yang juga menatapku dengan tatapan malu-malu itu. Detik itu juga, dadaku berdesir hebat.

“Aku tau…kau sudah punya yeojachingu. Tapi…aku menyukaimu!!” ujarnya lagi, seakan menegaskan padaku. Tatapan penuh harap itu begitu menghujamku, aku tidak mau membuat mata itu meneteskan air mata. Aku tak sanggup. Aku tidak mau menyakitinya. Menyakiti gadis manis yang kini sedang menyatakan perasaannya padaku.

Namun disisi lain, ya…aku memang sudah punya yeojachingu yang sangat kucintai. Seorang gadis ceria yang aku tau dia juga mencintaiku. Dan aku akan membenci diriku sendiri jika sampai aku menyakitinya. Tidak. Aku mungkin tidak sampai membenci diriku, tapi…aku akan mengakhirinya. Mengakhiri hidupku.

“Oppa…katakan sesuatu…jebal…” pintanya, air matanya mulai menetes satu demi satu. Reflex aku menghapusnya dengan ibu jariku.

“Sulli-ah…mianhae…” ujarku setengah berbisik. Dia menggeleng keras.

“ANIY! Oppa! Jebal! Aku ga mau kau menolakku!” racaunya, air matanya mengalir semakin deras. Aku menyentuh wajah dan menatap matanya dalam-dalam.

“Sulli-ah, dengarkan aku…”

“ANDWAE!!” teriaknya, aku menatapnya iba. Dadaku terasa mengkerut sakit. Aku memeluknya, mencoba untuk meredakan tangisnya. Jika ia sudah tenang, aku akan menjelaskan pelan-pelan padanya. Bahwa, sungguh meski aku memang menyukainya sekalipun aku tak bisa meninggalkan Min Tae. Tangis Sulli pecah di dadaku, aku mengelus kepalanya dan berharap ia akan mengerti perasaanku yang tertuang melalui sentuhanku. Maafkan aku Sulli-ah…bagaimanapun keadaannya, yang ada dalam pikiran dan hatiku sekarang hanyalah Kwon Min Tae.

Entah sudah berapa lama kami seperti itu, aku terus memeluk Sulli sampai gadis itu merasa tenang. Tanpa kusadari, sepasang mata yang meneteskan air mata kepedihan menatapku yang sedang memeluk gadis lain.

“Ah…payahnya aku…kenapa aku menangis?” gadis itu menggigit bibirnya yang bergetar, kemudian menyeka air matanya.

“Terima kasih untuk…segalanya…Taemin-ah…” lirihnya sembari beranjak pergi. Dengan perasaan yang telah hancur itu.

 

+.+

 

[Min Tae POV]

Lagi-lagi!! Nomornya sibuk! Selalu sibuk!! Sudah berapa kali dalam seminggu ini dia tidak menjawab teleponku. Apa klub barunya memang sesibuk itu? sampai-sampai membalas sms ku pun tidak bisa. Aku melempar Hpku kesal. Kenapa Taemin akhir-akhir ini susah sekali dihubungi? Kami bahkan sudah mulai jarang bertemu. Apa karena kesibukannya? Atau ada hal lain?

“Jangan sampai pikiran itu meracunimu, Kwon Min Tae!” tegasku pada diriku sendiri. Tapi hal itu tak urung jua membuat perasaanku kacau.

“Apa aku harus memastikannya sendiri?” bisikku pelan.

“Kau ingin pergi? Aku bisa sendiri kok!” ujar Hyorin tiba-tiba. Aku menatapnya sedikit terkejut, ternyata dia sudah bangun.

“Aniya, gwaenchana…”

“Sudahlah Min Tae-ah, kau juga punya kehidupan sendiri kan? Jangan bersikap mengasihaniku begitu…” bisik Hyorin lagi. Aku tau, perasaannya jauh lebih kacau dari perasaanku sekarang. Bayangkan saja, siapa sih yang ingin cacat? Terlebih, Hyorin adalah seorang yang cerdas, dia masih punya cita-cita dan masa depan. Namun, semuanya seakan telah sirna. Hanya ada kegelapan yang membentang.

Tanpa terasa air mataku jatuh, bagaimana tidak? Seorang sahabat yang kusayangi harus kehilangan penglihatannya seperti itu. aku menutup mulutku menahan agar suara tangisku tak terdengar. Aku membelai kepala Hyorin. Aku tidak tau apa yang harus kukatakan padanya. Hyorin benci dikasihani, dia tidak suka dengan kata-kata penghiburan. Yang bisa kulakukan hanyalah memeluknya, berharap…meski bukan dengan kata-kata, hal itu bisa sedikit menguatkannya.

“Kau sudah bangun Hyorin-ah?” tanya Jinyoung oppa yang tiba-tiba masuk. Aku mengelap sisa air mataku.

“Min Tae-ah, makanlah dulu! Kau belum makan sejak semalam kan?” tanya Jinyoung oppa, aku mengangguk. Yah sejak aku tau tentang berita kecelakaan pesawat itu, aku tak bisa menahan diriku untuk tidak pergi kesini. Apalagi saat aku tau Hyorin juga ada.

Setelah membereskan barang-barangku, aku langsung turun ke bawah mencari makan. Tapi, entah mengapa aku menjadi tak berselera sama sekali. Apa aku kembali ke Chunahn saja? Aku melirik jam di tangan kiriku, masih pagi. Lebih baik aku pulang sebentar ke Chunahn, lalu balik kesini lagi. Aku lantas memutar arah menuju tempat parkir dan langsung melaju menuju Chunahn.

Sambil mengutak-atik audio car, aku terus memikirkan Taemin. Entah kenapa wajah namja itu terus membayang dalam kepalaku. Dan hal itu membuatku semakin kesal. Kenapa Taemin sekarang begitu dingin padaku? Apa…dia…merasa jenuh?

“Aish!! Apa yang kupikirkan? Masa hanya karena masalah telepon aku sampai berpikir begitu??” tapi…sudah seminggu ini dia tidak bisa dihubungi. Terkadang nomornya tidak aktif, terkadang sibuk, terkadang juga direject. Siapa yang tidak curiga? Seolah-olah memang sengaja menghindari panggilanku!!

Kutatap layar Hpku, ada fotoku dan Taemin disana. Melihat hal itu, perasaanku semakin gelisah. Antara sedih, kesal, kecewa, curiga dan sebagainya. Kembali terngiang disudut otakku saat Taemin menyelamatkanku, mengorbankan nyawanya untukku, tersenyum padaku. Taemin, kau tau? Aku begitu merindukanmu…tak sadarkah kau? Hampir sebulan ini kita tak bertemu, aku merasa kesepian…kenapa kau begini sekarang? Tidakkah kau merasakan hal yang sama denganku?

Aku melajukan mobilku saat memasuki kota Chunahn, aku tidak langsung pulang ke rumah melainkan ke D.lite café, tempatku biasa nongkrong bersama Hyorin dan Taemin sepulang sekolah dulu. Begitu banyak kenangan-kenangan manis yang terukir di café ini. Setelah memarkirkan mobilku, aku lantas masuk ke dalam café itu dengan perasaan kosong. Mataku menyapu seisi ruang, dan tertuju pada sosok dua orang yang terasa familiar. Lee Taemin!!! Dan…napasku terasa sesak seketika, menyadari siapa dan apa yang dilakukannya. Taemin memeluk hoobaeku bernama Sulli! MEMELUK???? Jadi…jadi…selama ini…selama ini dia tidak pernah menghubungiku karena ini? Karena gadis itu? karena seorang Choi Sulli??

Amarah bercampur rasa sakit yang luar biasa memenuhi dadaku. Tanpa terasa air mataku kembali tumpah. Perih. Dadaku terasa begitu perih. Mataku panas, ada sesuatu yang aneh dengan diriku. Bibirku kelu, aku bahkan tak bisa menguasai diriku.

“Ah…payahnya aku…kenapa aku menangis?” aku menyeka air mata yang turun membasahi kedua pipiku.

“Terima kasih untuk…segalanya…Taemin-ah…” bisikku lemah kemudian berbalik meninggalkannya. Aku kembali masuk ke mobil namun aku tak bisa apa-apa. Aku lemas, seperti tidak bertenaga. Aku hanya menjatuhkan diriku di kemudi dan menangis sesunggukkan. Ternyata…tatapan lembutnya, senyum manisnya..tutur kata halusnya…bukan milikku lagi.

“Taemin…Taemin…” panggilku berulang-ulang dalam tangisku. Sungguh, dadaku sekarang terasa begitu perih. Seperti menabur garam di atas tumpukan luka-luka. Dan bagian terburuknya adalah…kenapa mesti Sulli? Kenapa harus dengan yeoja itu??

 

+.+

 

[Author POV]

“Kau sudah lebih baik?” tanya Mr. Go. Gikwang menatap langit-langit rumah sakit dengan pandangan linglung.

“Mana dia?” bisiknya lemah. Mr. Go menoleh dan menunduk bingung. Gikwang berusaha untuk bangkit dan duduk.

“Dia? Dia siapa?” tanya Mr. Go, sebenarnya ia tau arah pembicaraan ini. Ia tau siapa yang dimaksud Gikwang. Namun, apa yang harus dikatakannya? Mengatakan bahwa Hyorin kecelakaan dan buta? Bukankah itu akan menyakiti perasaan Gikwang?

“Hyorin…siapa lagi? Dimana dia?” tanya Gikwang dengan suara lebih keras. Go ahjussi hanya menggeleng sebagai respon terbaik yang mampu ia berikan.

“Dia tidak ada disini?” tanya Gikwang lagi, lebih tepatnya menuntut dan membuat Go ahjussi serba salah.

“Molla, yah kau mau makan sekarang?”

“Jangan mengalihkan pembicaraan ahjussi! Katakan dimana Hyorin sekarang? Aku ingin bertemu dengannya!”

“A..ani! kau tak bisa menemuinya sekarang!”

“Wae? Kenapa aku tak bisa menemuinya??”

“i…itu karena…oppanya!! Dia sekarang bersama Jinyoung!!”

“APA?? Kalau gitu aku harus menemuinya sekarang!!” Gikwang langsung bangkit dan terhuyung-huyung jatuh ke lantai.

“Yah! Kau masih belum boleh bergerak!!” Go ahjussi mencoba memapah Gikwang kembali ke tempat tidurnya, namun Gikwang berontak.

“Aku ga akan membiarkannya dengan namja itu! lepaskan aku!!” bentaknya.

“Gikwang! Tenanglah! Jinyoung takkan berbuat apa-apa padanya! Kau ini kenapa sih??”

“Kau tidak tau apa yang dilakukannya pada adiknya sendiri! Sekarang lepaskan aku! Aku tidak akan mengampuninya jika ia sampai menyentuh Hyorinku!!”

“Lee Gikwang! Tenanglah! Dengarkan aku! Jinyoung tidak akan berbuat macam-macam padanya, ada orang tua Hyorin, jadi tak mungkin dia…yaah!! Lee Gikwang!! Mau kemana kau??” Go ahjussi lantas mengejar Gikwang yang mencabut paksa impusan di tangan kirinya dan melarikan diri. Namun tubuhnya yang gendut membuatnya sedikit kesulitan mengejar Gikwang yang begitu cekatan. Seakan tak peduli dengan teriakan Go ahjussi, Gikwang terus saja menyusuri lorong-lorong rumah sakit. Mencari-cari wajah yang begitu ingin ia temui. Dimana Hyorin? Dimana gadis itu? berapa lama dirinya tak sadarkan diri? Hyorin pasti mengkhawatirkannya! Jangan-jangan dia sedang menangis sekarang?

“Suzy?? Suzy-ah!!” seru Gikwang saat menangkap sosok Suzy di depan sebuah ruangan.

“Oppa?” kaget Suzy menyadari Gikwang memanggilnya.

“Oppa!! Apa-apaan kau? Mestinya kau istirahat! Kenapa malah keluyuran begini? Bagaimana keadaanmu sekarang? Sudah lebih baik? Kenapa kau tidak pernah bilang kalau kau sakit oppa?”

“Mana Hyorin??” tanya Gikwang acuh. Suzy membeku. Apa yang harus dikatakannya?

Lagi-lagi! Kenapa semua orang begitu saat kutanya tentang Hyorin? Memang dimana dia? Apa yang terjadi padanya? Apa Jinyoung berbuat macam-macam padanya?

Tau-tau Suzy menangis, pundaknya gemetar hebat. Gikwang semakin bingung dibuatnya. Kenapa? Kenapa Suzy menangis? Ada apa ini? Suzy berbalik menatap pintu kamar, dilihatnya sosok Hyorin dengan tatapan kosong berusaha untuk ceria dan bersikap biasa. Gikwang mengikuti pandangan Suzy.

“Hyorin…” desis Gikwang.

“Hyorin!!!” serunya. Gikwang merangsek masuk ke dalam dan menemukan Hyorin bersama Jinyoung yang sedang menyuapinya makan. Ada yang aneh. Yah, Hyorin tidak melihat ke arah datangnya makanan, dia tetap menatap lurus ke depan.

“Hyorin??” panggil Gikwang. Terdapat reaksi pada wajah Hyorin, ia kemudian mencari-cari arah sumber suara. Mencoba mencari wajah namja yang memanggilnya.

“Hyorin aku disini!” namun Hyorin memandang ke arah lain.

“Sunbae? Gikwang sunbae?” tanyanya. Gikwang menyentuh wajah Hyorin, menatap matanya. Namun Hyorin tidak melihat ke arahnya.

“Kenapa dia?” tanya Gikwang pada Jinyoung yang menatap mereka iba.

“Dia kecelakaan…dan…buta…” DEG!! Apa?? Buta katanya? Hyorin? Kau tak bisa melihatku? Hyorin? Bohong!! Katakan semua itu bohong!! Gikwang menatap Jinyoung tidak percaya, namun Jinyoung hanya mengangguk sedih, demikian juga dengan Suzy.

“Sunbae? Kau kah itu? kau sudah sadar? Bagaimana keadaanmu sekarang?” Hyorin meraba-raba wajah Gikwang. Gikwang terdiam dan tertunduk. Hatinya hancur. Air matanya meleleh pelan.

“Sunbae?”

“Ne? Gwaenchana Hyorin-ah…” kemudian Hyorin tersenyum. Senyum manis yang biasa ia perlihatkan, senyum yang bahkan mampu membuat malaikat bertekuk lutut padanya (wkwkwkw, lebay dikit nda apa kan?) sebuah senyum yang mengisyaratkan seolah-olah tak terjadi apa-apa padanya. Seolah dia baik-baik saja.

“Sunbae? Kenapa kau menangis? Kau sakit? Aigoo! Oppa! Panggilkan dokter, sepertinya sunbae…”

“Gwaenchana Hyorin-ah!! Gwaenchana!! Aku menangis karena bahagia melihatmu!!” Gikwang tersenyum lembut dan mengelus kepala Hyorin. Sentuhannya, sekali lagi membuat Hyorin terharu.

Jinyoung menatap mereka dengan perasaan tak karuan. Ada perasaan cemburu terselip diantaranya. Cara Gikwang menatap Hyorin, memperlakukannya, tersenyum padanya, berbicara dengannya, semua terasa berbeda. bahkan orang awampun pasti bisa menafsirkan perasaan Gikwang hanya dengan caranya menatap Hyorin.

“Yah!! Biarkan mereka berdua! kau mau jadi kambing congek disini?” bisik Suzy sambil menarik Jinyoung keluar.

“Kau bilang kau mencintainya kan? Kau memang harus terus mencintainya! Tau ga? Cinta asmara suatu saat akan padam, namun kasih sayang antar saudara akan bersemi selamanya! Kau bebas mencintainya semaumu…tapi…biarkan dia memilih jalannya sendiri!” ujar Suzy bijak saat mereka berada diluar. Jinyoung hanya tertunduk. Tak bisa dipungkiri perasaan cemburu membakar kesadarannya.

“Jinyoung-ah! Kalau kau memang mencintainya kau seharusnya bahagia disaat dia bahagia! Bukankah begitu? relakan dia bersama orang yang dipilihnya!! Jangan biarkan egoisme menyakiti bahkan menghancurkanmu!” Jinyoung tetap bergeming. Kata-kata Suzy seperti angin lalu baginya. Antara sadar atau tidak, air matanya menetes satu per satu.

“Merelakan seseorang itu…memang susah…akupun begitu…tapi…yakinlah..suatu hari…perasaan itu akan sirna…” Jinyoung menatap Suzy, lama. Mencoba meresapi kata-katanya barusan.

 

+.+

 

[Now playing: Onew- Still With You]

“Nah sekarang makan ya!! Buka mulutnya Hyorin!! Aigoo pintar!” puji Gikwang yang saat itu sedang menyuapi Hyorin makan.

“Yah oppa! Kau pikir dia anak kecil?” sergah Suzy yang jadi eneg sendiri melihat tingkah pasangan gila itu.

“Kenapa sih? Sewot aja! Suka suka aku donk!!”

“Ih!! Kan aku yang lihatnya jadi jijik! Jangan membuat dunia sendiri donk!!”

“Ya jangan dilihat! Bilang aja kalau kau iri, Suzy-ssi!”

“Aniyaaa!! Buat apa aku iri! Dasar oppa pabo!! Heuh!!” kesal Suzy sambil melempar majalah ke wajah Jinyoung.

“Yaa!! Kenapa kau malah melemparku hah?? Mau mati ya??” balas Jinyoung.

“Ah! Mian, ternyata ada orang! Maaf aku ga melihatmu tadi!” canda Suzy.

“Aish! Dasar yeoja gila!! Ga mungkin lah kamu ga lihat namja seganteng aku!”

“Heh? Namja ganteng?? Kamu?? Yak ampun!! Bangun dong Jinyoung!! Udah siang nih, molor aja kerjaan!! Bikin aku tambah eneg aja ==” jitak Suzy.

“Eh! Beraninya jitak-jitak aku! Kamu pikir kamu siapa hah?? Memang aku ganteng, semua orang juga mengakui!! Memangnya kamu??”

“Yah! aku memang kaga ganteng! Aku ini cantik pabo!! Mana ada yeoja ganteng! Payah!!” ejek Suzy. Gikwang hanya menggeleng-geleng saja. Nah sekarang siapa dong yang pasangan gila?

“Sunbae…?” bisik Hyorin.

“Uhm, ne?”

“Bisakah kau membawaku jalan-jalan? Aku bosan disini…”

“Eh? Tapi kamu kan…”

“Arasseo!! Lupakan saja!! Aku tau! Aku tau itu percuma! Aku tidak bisa lihat apapun!! Lupakan kata-kataku barusan!!” sela Hyorin.

“Hyorin! Aku belum bilang apa-apa!!” sahut Gikwang pelan.

“….”

“Jangan cemberut gitu dong sayang!! Ayo habiskan dulu makannya, nanti aku akan mengajakmu berkeliling. Mau kan?”

“Tapi…”

“Tapi apa Hyorin? Ga ada tapi-tapian! Kamu ga mau jalan sama aku?” rajuk Gikwang.

“Bukan begitu!! aku…ga bisa lihat apa-apa…aku hanya akan menyusahkanmu sunbae…”

“Bukankah itu bagus? Hyorin tidak bisa lihat apa-apa!! Asik donk, aku bisa melakukan apapun padamu! Hhehehe^^”

“Apa? Aish!! Sunbae!! Kau itu tidak pernah berubah! Selalu saja mesum! Dasar!” Gikwang mencubit pipi Hyorin gemas.

“Kau tau? Aku mesum hanya padamu loh!!”

“Ih menjijikan!!! Dasar pervert!!! Jauh-jauh sana!!”

“Hahahaha!! Hati-hati ya Hyorin, aku tidak bisa menahan diriku kalau ada disisimu!” goda Gikwang membuat wajah Hyorin merona. Jinyoung yang sedari tadi berkelahi dengan Suzy menatap ke arah mereka dengan pandangan misterius.

Yah…ada yang pernah bilang, mencintai seseorang itu sangat mudah. Namun melupakannya lah yang sulit. Memang, segala sesuatu itu butuh waktu. Tapi…menunggu hal yang tak pasti itu, akankah semudah itu?

“Kalau kau memang mencintainya kau seharusnya bahagia disaat dia bahagia!”

Memang seharusnya begitu! sebagai kakak, ataupun sebagai orang yang mencintai seseorang seharusnya marelakannya demi kebahagiaan orang yang dicintai. Tapi…kenapa? Kenapa selalu ada perasaan tidak rela? Kenapa harus ada rasa cemburu? Kenapa mencintaimu itu menyakitkan? Kenapa aku harus merasakan sakit seperti ini? Beri tahu aku bagaimana caranya aku mengubur perasaanku padamu?

 

+.+

 

Hampir disetiap harinya, Gikwang selalu bersama Hyorin. Tanpa disadari, perasaan diantara keduanya semakin mengakar dalam. Tak terasa hari demi hari berlalu. Pasangan KwangRin terlihat makin mesra dari hari ke hari. Gikwang sangat lembut dan perhatian terhadap Hyorin. Hari-hari terbaik sejak ada Gikwang disisi Hyorin, menemani dan menjaganya. Hyorin sekarang begitu sadar sepenuhnya bahwa ia telah mencintai namja itu. Begitu pula sebaliknya. Entah mengapa, bila berada jauh dari Hyorin, Gikwang merasa tidak tenang. Hyorin seperti candu baginya. Suzy sering berkomentar bahwa Hyorin dan Gikwang seperti planet dan satelit. Setiap gerakan Hyorin, sekecil apapun itu Gikwang selalu bisa menyesuaikan posisinya dengan Hyorin.

Mungkin, Gikwang terlalu egois dan memaksakan diri. Ia bersikeras ingin merawat Hyorin sampai tak memperdulikan dirinya sendiri. Sampai suatu ketika,

“Kwangie ya…gwaenchana?? Darahmu banyak sekali…!” tanya Go ahjussi khawatir.

“Gwaenchana…uhuk..” Gikwang mengelap darah yang mengalir dari hidungnya.

“Apanya yang baik-baik? Akhir-akhir ini kau kurang istirahat!”

“Sudahlah…ahjussi…terima kasih sudah mengkhawatirkanku selama ini. Tapi, aku baik-baik saja!”

“Ah ya!! Kau sudah menjalani pemeriksaan terakhir??” tanya Mr. Go, Gikwang mengangguk.

“Ne…kau mau tau hasilnya?” Gikwang menunjuk tempat sampah yang berada disebelah meja. Alis Go ahjussi mengerut, apa maksudnya ini?

“Kau membuangnya?” tanya Go ahjussi seraya memungut buntelan kertas yang menjadi sampah itu. dibacanya dengan teliti hasil pemeriksaan kesehatan Gikwang yang terakhir. Seketika itu pula darahnya serasa menyusut.

“Aku tidak percaya ini!!” pekik Go ahjussi tanpa sadar. Gikwang tersenyum tenang.

“Percaya tidak percaya, memang itulah yang terjadi. Terima kasih banyak ahjussi. Berkat kau aku…”

“Kwangie ya…” Go ahjussi memeluk Gikwang erat, air matanya jatuh tanpa sadar. Gikwang terkekeh, seraya menepuk punggung ahjussi sesaat.

“Bolehkah…aku meminta sesuatu??”

“Aku…ingin….” Gikwang membisikkan keinginannya itu dengan hati-hati pada Go ahjussi. Awalnya Go ahjussi terkejut bukan main.

“Kau pikir itu mungkin??” tanya Go ahjussi.

“Itu harapanku…” ujar Gikwang skeptis, Go ahjussi menatapnya pasrah. Gikwang sangat keras untuk diruntuhkan, terlebih…keinginannya itu..

 

+.+

 

[Now playing: Ernest – Because I’m weary]

“Hyorin-ah? Kau sudah bangun?” tanya Gikwang.

“Sunbaenim!?” Hyorin membuka matanya, berusaha bangkit dan di bantu oleh Gikwang.

“Aigoo! Kenapa kau selalu memanggilku sunbae? Bukankah kita sudah resmi?”

“Mwo? Resmi apa?”

“Hey! Kau berjanji padaku kan? Kau akan menjawab pernyataan cintaku setelah kita keluar dari hutan!!” tuntut Gikwang manja. Sorot mata Hyorin berubah menjadi sedih. Ia menggigit bibirnya yang bergetar, mencoba menahan perih yang ada. Mencoba menahan air matanya.

“…”

“Hyorin-ah? Kau mendengarku? Aku masih menunggu jawabanmu!! Masa kau tega padaku!” rajuk Gikwang. Kini ia menggenggam jemari Hyorin yang mulai gemetar itu.

“…”

“Aku mencintaimu Jung Hyorin! Aku benar-benar mencintaimu! Aku menunggu jawabanmu dari dulu!”

“Untuk apa?”

“Hah? Maksudmu?” tanya Gikwang tak mengerti.

“Untuk apa kau menungguku? Untuk apa mencintai gadis buta sepertiku?? Aku tidak pantas untuk itu!! aku tidak pantas untukmu!!” jerit Hyorin. Air matanya jatuh berderai.

“Yah! Apa maksudmu? Kenapa kau menangis??” buru-buru Gikwang menyeka air mata Hyorin, namun gadis itu mengibaskan tangan Gikwang.

“Jangan sentuh aku!!! Ga usah pedulikan aku!!” jerit Hyorin lagi.

“Hyorin aku…”

“Pergi!!”

“Eh??”

“Pergi kataku!! Jangan pernah kesini lagi!! Jangan pedulikan gadis buta sepertiku!! Pergi!!” tangis Hyorin semakin pecah. Gikwang yang tidak mengerti akan situasi hanya berdiam diri saja. Gikwang mendekap Hyorin mencoba menenangkan gadis itu, namun Hyorin semakin meronta.

“Lepas!!!!”

“Hyorin kau kenap….”

“PERGI!!!! Aku bilang pergi!!! Oppa!! Oppa!! Jinyoung oppa!! Usir dia!! Bawa dia pergi!!” racau Hyorin. Jinyoung yang datang memegangi lengan Gikwang.

“Kau mendengarnya kan? Maaf…tapi…pergilah!!” Jinyoung membawa Gikwang keluar. Gikwang berontak dan terus menerus memanggil Hyorin. Namun nihil, Hyorin tak menyambut panggilannya sama sekali.

“Dia…menolakku?” gumam Gikwang lemah. Air matanya menetes. Apa Hyorin benar-benar menolaknya? Apa Hyorin memang tidak menyukainya? Kenapa? Kenapa Hyorin bersikap begitu?? padahal selama ini mereka sangat dekat, bahkan Hyorin sudah mengetahui perasaan Gikwang yang sebenarnya. Tapi kenapa?? Kenapa kenyataan begitu kejam??

Hyorin meringkuk memeluk lututnya, menangis sepuasnya. Perasaan perih yang mengoyak-ngoyak hatinya.

“Maaf…maafkan aku…” desahnya berulang kali.

 

+.+

 

Di kamar, Gikwang mengurung diri sembari menggoreskan tinta pulpen diatas kertas. Mencurahkan perasaannya yang ia harap bisa mewakili dirinya. Setiap perpisahan pasti berat, tapi itulah keniscayaan. Perpisahan adalah lorong lain dari perjumpaan. Memang, ada hal-hal yang tidak ingin kita lepaskan. Ada orang-orang yang tidak ingin kita tinggalkan. Tapi…melepaskan bukanlah akhir dari segalanya. Begitupula dengan perpisahan. Perpisahan bukanlah sebuah akhir. Perpisahan adalah sebuah babak baru dalam kehidupan dilematis manusia. Begitu pula dengan mereka, benang merah yang kusut itu mulai terulur perlahan. Akankah semua berakhir bahagia? Ataukah…justru menderita?

“Ini…seperti sebuah permainan…” Gikwang tersenyum sakartis. Ia menoleh ke arah jam dinding biru, sudah cukup larut. Ia menarik napasnya dalam-dalam sambil menatap bulan yang pucat dari jendela kamarnya.

Terima kasih Tuhan, karena telah memberikanku waktu untuk menyelesaikan semua urusanku di dunia ini. Dan kini aku bisa kembali ke hadapan-Mu dengan senyum yang indah…akhirnya aku bisa mempersembahkan hidupku untuk seseorang yang begitu kucintai sepenuh hati. Aku mohon…jagalah ia saat aku tak ada disisinya.

“Sudah saatnya…” ia tersenyum penuh kedamaian. Kemudian melangkah menuju tempat terakhir, tugas terakhir yang ingin ia selesaikan. Hyorin.

 

+.+

 

[Now playing: B1A4 – Only One]

[Hyorin POV]

Tik tok tik tok

Sepersekian jam, kuhitung detik demi detik yang terdengar dari jam dinding. Entah sudah berapa lama aku seperti ini. Aku tak peduli. Bahkan mata yang sudah tak berfungsi ini masih mengeluarkan air mata juga?

Aku memiringkan posisiku. Sekarang semuanya sirna. Semua harapan dan impianku sirna. Kenapa aku tak mati saja pada saat kecelakaan itu? kenapa author suka banget bikin aku menderita? Bukankah lebih baik aku langsung mati? Rasa sakit yang tak tertahankan ini benar-benar membuatku lelah. Aku lelah.

“Aku mencintaimu Jung Hyorin! Aku benar-benar mencintaimu! Aku menunggu jawabanmu dari dulu!”

Tidaaaakkk!!!! Jangan mengingatnya lagi!! Aku menutup telinga keras-keras dengan telapak tanganku. Berharap hal itu akan membuatku lupa tentang insiden siang tadi.

“Maaf…maafkan aku…maaf kan aku…” isakku berulang kali. Sungguh, percayalah padaku. Aku mencintaimu! Aku sangat mencintaimu. Aku ga mau kehilanganmu…

Tapi…aku hanyalah seorang yang cacat. Aku BUTA!! Aku tak pantas untukmu. Aku tak ingin membebanimu lagi. Aku sudah cukup menyusahkanmu. Aku ga mau kau dengan gadis buta sepertiku. Gadis yang tak punya masa depan sepertiku. Aku ga mau kau menyesal dan mengasihaniku. Karena aku hanyalah gadis buta yang ga bisa apa-apa.

Maafkan aku. Kumohon maafkan aku. Hatiku sakit, memang. Sangat-sangat sakit. Sudah cukup sakit yang kurasakan karena kenyataan pahit yang menimpaku kini, aku tak mau menambahinya dengan rasa sakit karena menyakitimu. Kuharap kau mengerti.

Gikwang sunbae…bencilah aku. Aku sudah menolakmu dengan kasar. Karena itu, bencilah aku! Semakin kau membenciku, akan semakin mudah kau melupakan aku. Teruslah hidup dan menggapai mimpimu sunbae…

Krieeett. DEG!! Siapa itu? kudengar suara pintu kamar terbuka. Siapa itu? siapa? Umma? Appa? Jinyoung oppa?

“Umma??” bisikku dengan suara tercekat. Tidak ada jawaban. Namun suara langkah kaki terdengar semakin jelas dan dekat.

“Umma? Appa? Jinyoung Oppa? Kau kah itu??” masih tidak ada jawaban. Aku jadi gugup sendiri. Siapa dia?

“Suzy??”

Deg…deg…deg!! Apa yang dilakukannya? Siapa orang itu?? perlahan tangannya mengelus kepalaku. Siapa dia? Sentuhannya pelan sekali, seolah tidak ingin menyakitiku.

Aku merasakan napasnya yang hangat menggelitikku, kemudian orang itu mendekapku. Sangat erat. Sampai aku kesulitan bernapas.

“Le…lepas…” rontaku, namun pelukannya yang kokoh itu membungkamku. Air mataku kembali menetes. Aku tau siapa dia. Aku tau!! Karenanya aku tak bisa melepaskannya.

“Aku mencintaimu…apapun yang terjadi!” bisiknya lembut. DEG!!! kurasakan napasnya berhembus menyapu wajahku, dia membelai wajahku, menghapus air mataku dan mengecup keningku. Aku tak kuasa menahan air mataku. Jantungku berdegup kencang. Ada perasaan aneh yang menggelayutiku. Perasaan aneh yang aku tak tau sendiri itu apa. Perasaan yang sangat kuat dan menyesakkan. Rasanya…seperti sebuah akhir.

Kemudian dia kembali mendekapku erat, membenamkan wajahnya ke tengkukku sampai aku bisa merasakan napasnya yang semakin berat dan membuatku merinding. Menit demi menit berlalu, ah ini terlalu lama!! dia bahkan tak ada sedikitpun mau melepaskanku.

“Sunbae?” panggilku dengan perasaan tak yakin. Tak ada jawaban. Perlahan aku mengguncang tubuhnya.

“Sunbae?” ulangku. DEG!! Aku baru menyadarinya, tarikan dan hembusan napasnya tak terasa lagi di leherku. Kurasakan badanku gemetar hebat menyadari hal itu, napasku sesak, air mataku merebak.

“Su…sunbae? SUNBAE????” pekikku senyaring mugkin. Kenapa dengannya? Jangan-jangan…Tidak…tidak!! Kumohon!! Katakan ini semua bohong….!! Tidak mungkin dia…

“Joahae…”

“Gikwang oppa!!?”

“Aku…takkan meninggalkanmu…aku janji…jadi…jangan menangis lagi…aku ga akan membiarkanmu kenapa-napa! Maka dari itu, janjilah padaku. Jangan menangis lagi, apapun yang terjadi kau harus kuat!”

“ANDWAE!!! Oppa?? Kumohon!!” air mataku mengalir semakin deras. Ku guncang tubuhnya lagi yang mulai terasa kaku itu.

“Aku mencintaimu…apapun yang terjadi!”

“Oppa!! oppa! GIKWANG OPPAAAAAA!!!!!!!”

 

+.+

 

Semuanya terasa gelap, dan berat. Kupaksa mataku untuk terus bertahan saat kulihat setitik cahaya kecil diujung sana. Aku melangkah susah payah menuju cahaya terang namun lembut itu. perlahan, semakin dekat.

Tiba-tiba saja aku berada ditempat asing. Aku sedang berjalan seorang diri dipesisir pantai, aku melihat sosok yang sangat kurindukan selama ini, Gikwang oppa. Tanpa terasa aku meneteskan air mata. Aku mencoba memanggilnya tapi sepertinya suara ku tidak terdengar.

“Sunbae!!” pekikku seketika itu.

“Gikwang sunbae! Tunggu aku!!”jeritku sekali lagi, akhirnya Gikwang oppa menoleh padaku. Gikwang oppa tersenyum dan menyentuh bahuku, tangannya terasa sangat lembut dan hangat.

“Aku mencintaimu…apapun yang terjadi!”

Na do oppa…”

“Rin…Rin…Hyorin….?? Hyorin!!” siapa itu? Siapa yang memanggilku barusan? Ada apa ini? Perlahan wajah Gikwang oppa memudar…andwae!! Jangan pergi oppa!!

“Hyorin? Kau bisa mendengarku?”

“Hyorin kau sudah sadar?”

“Ugh!!” rasa berat dikepalaku perlahan-lahan mulai menghilang. Tindihan morfin yang mulai hilang efeknya membuatku bisa kembali merasakan diriku sendiri. Tunggu dulu!! morfin?? Apa yang terjadi padaku?? Bukankah…

“Umma…apa yang terjadi padaku??”

“Kau tidak ingat? Bukankah kau menjalani transplantasi mata hari ini?” aku mengangguk, benar juga! Apakah operasinya berhasil? Aku takut sekali!!!

Perlahan dokter membuka penutup mataku, dan dengan perasaan tidak yakin ku coba membuka mataku. Cahaya terang menusuk mataku, begitu silau sampai aku tak dapat melihat apapun sampai akhirnya kutemukan bayangan-bayangan yang semakin jelas terlihat. Umma, appa, Jinyoung oppa, Dokter Kim, dan Suzy. Tapi…dimana dia?? Dimana Gikwang oppa??

“Bagaimana? Kau bisa melihat kami?” tanya Dokter Kim, aku mengangguk pelan. Kulihat umma menyeka air matanya dan merangkulku, begitu pula yang lain.

“Mana Gikwang oppa??” tanyaku, semuanya tampak berpandangan bingung.

“Umma? Dimana Gikwang oppa??” umma hanya menggeleng, saat kulihat Go ahjussi memasuki ruanganku dengan wajah sembab.

“Ahjussi, dimana Gikwang oppa?” tanyaku padanya. Ahjussi menatap Jinyoung oppa penuh arti kemudian menggeleng.

“Ada apa ini? Kalian kenapa? Memangnya Gikwang oppa dimana??” tanyaku tak sabar. Kenapa semua orang bersikap begitu padaku? Padahal aku hanya ingin menemui Gikwang oppa.

“Ini…surat dari Gikwang…” Go ahjussi memeriku sepucuk surat berwarna merah itu. kuambil dengan ragu.

Miss Jung ku yang tercinta. Aniy, Mrs Lee Hyorin tercinta 

Hyorin-ah, maafkan aku. Mungkin kau akan sangat marah padaku. Tapi…meski begitu, aku tetap mencintaimu! Maaf aku tak bisa menepati janjiku. Aku berjanji akan selalu menjagamu, aku berjanji akan selalu disisimu dan melindungimu..

Seperti yang kau tau, penyakitku memang parah. Dokterpun sudah angkat tangan mengenainya. Aku hanya tak ingin membuatmu khawatir. Karena walau bagaimanapun juga aku akan berusaha untuk menepati janjiku!

Aku tidak tau sampai kapan aku bisa bertahan, tapi keputusanku tidak akan berubah kuharap kau mau menerima hal terakhir yang bisa kuberikan padamu. Hyorin-ah! Mungkin saat kau baca surat ini, aku sudah tak ada disisimu lagi tapi yakinlah aku akan terus disisimu selamanya. Kumohon jangan pernah menangis, jika kau menangis…aku akan sedih! Air matamu begitu berharga. Hyorinku harus tetap tersenyum dan ceria. Ok?

Saranghae Jung Hyorin. Jeongmal neoman saranghaeyo. Ah, aku ada lagu untukmu dengarkan ya…tapi jangan ketawa…kau tau suaraku kan lembut seperti suara AJ! (-“-)

I didn’t think it was love

I told myself it wasn’t love

I tried to let you go, but I can’t

When I let you my heart full of teardrops

 

I deceived to myself

I tried to ignore, but I cant deny

Everytime you grow in my heart

I don’t know what should I do, let me tell you…

 

I must be loving you, must be waiting for you

Eventhough it hurts me so much my heart can’t seem t let you go

I tried to leave everything all about you

All day long but you kept coming up my love

 

I’m still be loving you, still be waiting for you

I think there must be just one love I don’t think that my heart would change

Even if a huge mountain blocks in my way

I’m not afraid because I have you beside me

Now I can finally tell you that ‘I Love You’ [d_na – I love you] *promosi, ini buatan author loh! wkwkwkw*

 

Lee Gikwang

 

Air mataku tak kuasa mengalir deras. Aku terduduk lemas. Ga!! Ini….apa maksudnya ini semua? Gikwang sunbae?? Mataku mencari-cari sosoknya seraya terus memanggil-manggil namanya. Go ahjussi menahanku saat aku menemukan sosoknya terbaring diatas tempat tidur.

“ANDWAE!!!!! GIKWANG OPPA!!!!” jeritku sekuat tenaga saat kulihat dokter menutup bagian wajah Gikwang oppa, seolah dia sudah meninggal.

“ANDWAE!!! Jangan lakukan!!!” aku berlari menghampiri Gikwang oppa. Tubuhnya dingin.

“Oppa…oppa?” seruku sambil membelai wajah Gikwang oppa. Air mataku semakin mengalir deras. Jinoyung oppa memapahku, memisahkanku dari Gikwang oppa. ANDWAE!!! Jangan pisahkan aku darinya!! Tapi tubuhku begitu lemas, aku tak bisa berontak.

“Gikwang oppa!! Kumohon!! Buka matamu!!” aku berteriak-teriak memanggil, berharap dia akan bangun dan menyambut panggilanku dan membuktikan bahwa ia masih hidup. Ia akan selalu disisiku. Kau berjanji padaku oppa! Kau berjanji akan selalu disisiku! Kenapa?? Kenapa kau mengingkarinya?? Kenapa oppa??? Kenapa demi aku kau bersedia menukar nyawamu?? Apa artinya penglihatanku tanpa dirimu disisiku???

“Hyorin-ah, Gikwang akan sangat sedih melihatmu seperti ini!! Tegarlah, dan jangan menangis lagi! Bukankah kau berjanji padanya untuk tidak menangis lagi?” sela Go ahjussi sambil menepuk pundakku. Aku menatapnya dengan tatapan linglung.

“Apa…apa…yang harus kulakukan? Dia…su…sudah pergi…dan meninggalkanku sendiri…” aku memeluk lututku yang gemetar.

“Gikwang telah mengorbankan nyawanya demi masa depanmu, jadi jangan siksa dirimu lagi, mengerti??”

“Kenapa…kenapa dia seperti itu? kenapa dia melakukan hal itu? kenapa kau tidak melarangnya ahjussi?? Kenapa? Kenapa? Kenapa???”

“I…itu karena….”

FLASHBACK

“Apakah bisa seperti itu, Dok?” tanya Gikwang pada Dokter Kim, dokter yang merawat Hyorin.

“Iye, bisa saja. Golongan darahmu sama dengannya tentu saja hal itu memungkinkan. Karena salah satu persyaratannya ialah golongan darah. Hanya saja…apa kau yakin akan melakukannya?”

“Tentu saja. Hanya itulah yang bisa kulakukan untuknya!”

“Kau bersedia menukar nyawa demi hidupnya?”

“Ne! apapun akan kulakukan untuknya. Meski itu berarti…”

“Tapi…” sela Dokter Kim.

“Aku tau, hidupku tak akan lama lagi. Maka dari itu…ada sesuatu yang ingin kulakukan, agar pada saat aku menghadap Tuhan aku takkan menyesali kehidupan yang telah kusia-siakan…”

“Niatmu memang murni nak, tapi…hal ini bukanlah main-main. Ini bersangkutan dengan nyawa!”

“Aku tau itu! Lagipula, aku sudah mendengar vonis terakhir dari dokter. Hidupku takkan lama lagi. makanya! Lakukan saja operasi itu! aku bersedia melakukan transplantasi kornea mata untuk nona Jung Hyorin!”

“Baiklah kalau begitu, tolong tanda tangani kontrak ini!” Gikwang lantas menandatangani kontrak tranplantasi mata itu. berharap matanya akan lebih berguna untuk Hyorin. Karena…itulah hal terakhir yang mampu ia berikan padanya. Pada gadis yang dicintainya.

Dari balik pintu, Go ahjussi hanya bersandar lemas. Air matanya bergulir. Mau bagaimana lagi, ini pilihan Gikwang. Ia tak berhak mencampuri urusannya. Meski Gikwang dititipkan ibunya padanya, namun apa yang bisa dilakukannya? Gikwang takkan mendengarkannya. Terlebih, ini adalah permintaan terakhirnya. Yah, dikamar Gikwang waktu itu. setelah ia membaca surat vonis dokter yang menyatakan hidupnya takkan lama lagi, ia tau betapa pedihnya hati Gikwang mengetahui hal itu. tapi…Gikwang jauh lebih tegar dari biasanya. Mungkinkah ia sudah siap?

END OF FLASHBACK

“Aku tidak bisa berbuat apa-apa! Dia…begitu kokoh dengan niatnya…dia menginginkan kebahagiaanmu!!”

“Tapi kebahagiaanku adalah bersamanya…kalau seperti ini…takkan ada artinya lagi…”

Yah, kita semua tau bahwa cinta sejati bukanlah sekedar rasa. Bukan pula sekedar tutur kata dan pengorbanan jiwa. Cinta sejati ialah perpaduan rasa. Antara rasa kagum dan rasa iba. Yang terungkap dalam kata-kata. Yang tertuang melalui pengorbanan jiwa dan raga.

 

+.+

 

1 tahun kemudian..

“Hyoriiiin!!” Suzy meneriaki Hyorin ketika ia sampai di rumahnya. Dilihatnya Hyorin mengintip dari jendela kamarnya, Suzy menyipitkan mata menyuruhnya membukakan pintu. Setelah melakukan prosedur yang benar dalam bertamu (dalam hal ini berarti mengetuk pintu) akhirnya pintu rumah tersebut di buka.

“YAAAAH!!! Tidak bisakah kau tidak berisik satu hari saja nona Suzy??” bentak Jinyoung. Suzy nyaris menjerit menyadari Jinyoung yang tidak memakai bajunya.

“Kau ini kebiasaan Jinyoung-ah! Tidak bisakah kau memakai pakaianmu dulu??”

“Arra! Masuklah! Hyorin sudah menunggumu diatas!”

“Oppa kau ikutkan?” tanya Hyorin.

“Ke pemakaman Gikwang? Ne, aku ikut…”

“Kalau gitu kita pergi sekarang!” seru Suzy sambil menarik tangan Hyorin. Jinyoung hanya mencibir saja sambil geleng-geleng kepala.

Mereka bertiga lantas menuju pemakaman Gikwang, disana ternyata ada seorang namja yang lebih dulu berziarah.

“Baro???” seru Suzy dan Hyorin serempak, Baro menoleh kemudian tersenyum.

“Kau disini untuk mendoakannya juga?”

“Ne, kau juga harus!!” ujar Baro, Hyorin menatap nisan Gikwang dan tersenyum. Kemudian ia berdoa bersama Suzy dan Jinyoung.

‘Oppa…kau tau, tanpa kau hidupku sepi…tidak ada lagi namja mesum yang suka mengusiliku sepertimu…aku benar-benar merindukanmu…’

Selesai berdoa, Suzy dan Jinyoung telah hilang entah kemana. Tersisa Baro dan Hyorin disana yang kemudian pergi juga.

“Bagaimana perasaanmu sekarang?” tanya Baro memecah suasana.

“Aku? Aku baik-baik saja…waeyo??”

“Aku tanya bagaimana perasaanmu padaku!!” tegas Baro serius membuat Hyorin hanya bisa mengerutkan alisnya.

“Apa maksudmu?”

“Aku masih menunggumu…sampai sekarang…” DEG!! Kata-kata Baro barusan…

“Menunggu? Menunggu apa??” tanya Hyorin mencoba menyangkal pikirannya.

“Aku mencintaimu Jung Hyorin! Aku benar-benar mencintaimu! Aku menunggu jawabanmu dari dulu!” ujar Baro, tanpa sadar air mata Hyorin menetes dan membuat Baro khawatir.

“Gwaencahana??” Hyorin mengangguk.

“Mian aku…” Baro terpekur.

“Aniy…gwaechanayo Baro-yah!! Nan gwaenchana…hajiman…aku hanya teringat pada Gikwang oppa…kata-katamu sama persis dengan yang pernah oppa katakan padaku dulu…” Hyorin menunduk sedih, sayangnya…aku telah mengecewakannya. Batin Hyorin menjerit, di dalam hatinya masih tersimpan rasa sakit yang luar biasa yang terus menghujamnya. Tapi apa yang bisa ia lakukan sekarang? Membiarkan luka yang ada begitu saja? Dan membuatnya seperti mayat hidup selama setahun ini? Berharap ia akan kembali dan mengatakan bahwa semua ini hanya mimpi saja??

If I had never see you, if I could live in another life, if I could be someone else…all this sadness…I would never know. Every day I tried to forget about you, every time I tried to leave you. But you kept on coming up. In my heart I still really love you, never want to get rid of this feeling.

“Jangan lupakan dia!!” ujar Baro tiba-tiba, mengejutkan Hyorin. Hyorin memiringkan kepalanya, mencoba memahami maksud Baro barusan. “Orang yang sudah meninggal hanya akan hidup di dalam kenangan orang yang masih hidup, karena itu jangan pernah mencoba untuk melupakannya!”

“Maafkan aku, mestinya aku menunggu setahun atau beberapa tahun lagi, tapi…aku hanya ingin memastikan perasaanmu…ternyata kau tetap tidak berubah!” Baro mengacak-ngacak rambut Hyorin, Hyorin hanya tersenyum tipis. Ia tau betapa pedihnya perasaan Baro sekarang.

“Baro…mianhae…” lirihnya.

“Aish! Ga perlu pasang wajah seperti itu! kau membuatku susah!! Aku ini ingin patah hati dengan keren, mengerti!! Jadi jangan membuatku menyesalinya Ms. Jung!!”

“Jadi aku harus apa?”

“Kau!! Hanya tersenyum, karena senyummu itu bisa mengobati lukaku, mengerti??” Baro mencubit kedua pipi Hyorin. Hyorin tersenyum kemudian mengangguk.

“Itu baru Hyorin yang kukenal, tetap ceria dan selalu tersenyum! O.K??? saranghae ~”

“Ne…”

 

+.+

 

[Sementara itu Jinyoung dan Suzy]

“Lihat, mereka berdua cocok juga yah!!” ujar Suzy yang sedang mengintip Baro dan Hyorin yang sedang bicara serius. Jinyoung hanya menatapnya kesal.

“Kenapa sih kau ini? Cemburu ya?” sindir Suzy.

“ANIY…”

“Lantas kenapa bertampang jelek begitu?”

“Aku hanya heran, baru setahun kau sudah bisa melupakan Baro dan terlihat biasa-biasa saja dengannya…sebenarnya kau itu punya perasaan atau tidak sih?” Suzy hanya tersenyum tipis.

“Aku…ga semudah itu melupakan seseorang yang sudah kucintai…hanya saja…apa yang bisa kulakukan? Apa aku harus memaksakan perasaanku padanya? Bukankah hal itu hanya akan membebaninya? Lagipula…dia akan lebih bahagia jika bersama Hyorin….”

“Kau?? Dewasa sekali sekarang? Kau ga salah makan kan?” ejek Jinyoung.

“Dasar namja menyebalkan!!” Jinyoung terkekeh sambil mengacak-acak rambut Suzy.

“Yaaa!!” kesal Suzy.

“Jinyoung-ah…boleh aku…”

“Apa??”

“Pinjam hp mu? Pulsaku habis nih!!” ujar Suzy.

“Aish kau ini, bukannya kau orang kaya, masa Hp aja minjam?? Sudah jaketku ga dikembalikan, sekarang mau minjam Hp, nanti kau mau minjam apa lagi??”

“Kau!!” ujar Suzy seraya tersenyum lebar.

“Aku??”

“Ne, aku meminjammu sebagai pacarku sehari ini!!”

“Maulah aku??” sergah Jinyoung.

“Is!! Dasar!!” rajuk Suzy membuat Jinyoung tertawa nyaring.

“Dasar, kau itu kalau minjam ga pernah dikembalikan! Makanya…”

“Memang apa yang kupinjam dan ga pernah kukembalikan? Kan cuma jaket aja!!!”

“Hatiku!! Dasar gadis pabo!! Kenapa kau ga mau mengembalikan hatiku hah?? Kenapa kau membuatku jadi seperti ini??” *Jinyoung ngegombal, #eeeeeaaaaaa!!*

“Maksudmu??” tanya Suzy tak mengerti. Jinyoung mencubit pipi Suzy gemas.

“Aigo, dasar gadis pabo!!”

“Yaaa!! beraninya mengataiku gadis pabo!!” marah Suzy tak terima.

“S.A.R.A.N.G.H.A.E Suzy-ah…” bisik Jinyoung sukses membuat wajah Suzy merah seperti kepiting rebus.

“Eh??” Jinyoung menyipitkan matanya menunggu sebaris kata-kata yang selanjutnya meluncur dari bibir Suzy. “Na do saranghae…”

 

 

THE END

 

 

alhamdulillah, tamat juga!!! huwaaaaaaaaa!! mianhae kalau akhirnya gak sesuai dg yang kalian harapkan!!! jeongmal mianhae!!! TTTTT_________TTTTT

at least, silahkan komen dan like seikhlasnya…kritik dan saran saia tunggu!! sampai jumpa di lain kesempatan!!

assalamualaikum..^^

Posted 8 Agustus 2012 by MVP in Fan Fiction

Tagged with , , , , , , , ,

8 responses to “[FF] Here For You – Part 10 (END)

Subscribe to comments with RSS.

  1. kyaaaaaaaaaaaaaaaa…………………eonniee…. TTTT^TTTT saya..menangis bombay… hiks..hiks…knapa aku g prnh bisa bwt f sadness ginih??? wae.. TT^TT daebak eonn…hiks.. *ngabisin tisu* daebakk..bak..dae… *plakkk… XD 😀 😦 hiks.. masi butuh tisu saya eonn..punya tisu nggk? kkk~

  2. eonnieee………… kenapa gikwang oppa yg meninggal?? tapi tak apa lah,, lanjut teeeruuss ff nya buat yg seru ya… kamsahamnida… ‘key wife’ #plakk.. digebukin ma shawol sedunia

  3. yaa kenapa ga happy ending ,,, but i like it cerita ringan ga meras otak kaya sinetron hahaaaaaaa,,,,,

  4. Cerita eonni sukses buat ak nangis! Keren

  5. Keren,…………. Banget

  6. Keren,…………. Banget
    🙂

  7. kcian…… gikwang hiks…

    but for all aq suka bnget ma ff ini..
    gumowo thor..

  8. Eonni kenapa kau tega buat aku nangis……. (╥﹏╥) hiks hiks daebakkkkkk!!!!!!!!!!!!!~ tp endingnya aga ngegantung._.

Tinggalkan komentar